Nama
: Sintayanti Zakiah Darajat
NIM
: 1210105090
Kelas
: SOSIOLOGI-C/VI
Perubahan
Sosial
J
Jawaban UTS (Take Home) J
1.
Perubahan sosial adalah suatu perubahan struktur
sosial dan pola budaya yang signifikan dan dalam jangka waktu tertentu. Adapun
pengertian lain dari perubahan sosial yaitu perubahan yang terjadi pada
masyarakat yang mencakup perubahan dalam aspek-aspek struktur pada masyarakat,
ataupun perubahan karena terjadinya perubahan dari faktor lingkungan, karena
berubahnya komposisi penduduk, keadaan geografis, maupun karena berubahnya sistem
hubungan sosial dalam jangka waktu tertentu.
2.
a
) Lima isu dalam perubahan sosial
1. Tipe
perubahan :
-
Perubahan personil à
berlaku individu/internal (penyebab nya lingkungan)
-
Perubahan universalisme à
structural/kelompok
2. Tingkat
perubahan
-
Tingkatan struktur
·
Kelompok kecil (keluarga)
·
Organisasi
·
Institusi (kebijakan hukumnya lebih
formal)
·
Kelompok masyarakat
·
Global internasional
-
Perubahan
·
Peranan, struktur komunikasi, pengaruh
·
Struktur, hirarki, kewenangan,
produktivitas
·
Ekonomi, agama, keluarga, pendidikan
·
Stratifikasi, kekuasaan, kependudukan,
dan organisasi nasional
·
Evolusi, hubungan pembangunan
3. Jangka
waktu perubahan
-
Jangka pendek
-
Jangka panjang à
dilihat melalui amdal
4. Penyebab
perubahan
Adanya sebuah perbedaan
yang sangat penting antara penyebab eksternal dan internal dalam perubahan.
-
Eksternal
-
Internal
5. Perubahan
dan keinginan manusia
-
Pada awalnya merupakan suatu trend dalam
skala besar yang tidak sengaja dilakukan, misalnya dalam proses urbanisasi
kemudian disengaja dan di rencanakan seperti perubahan dalam hukum.
-
Sifat alami manusia : bahwa mereka tidak
pernah puas
b ) Tiga elemen utama
teori-teori perubahan sosial
1. Determinan
struktural suatu perubahan sosial
· Perubahan
jumlah penduduk
· Kerusakan
yang disebabkan oleh perang
· Kontradiksi
2. Proses
dan mekanisme perubahan sosial. Termasuk mekanisme yang begitu cepat pergerakan
sosial dan aktifitas dunia usaha
3. Tujuan
perubahan sosial termasuk didalamnya perubahn struktural, efek, dan konsekuensi
perubahan
Tiga elemen
perubahan-perubahan sosial di atas dapat digambarkan dengan grafik seperti
berikut : Determinan Struktural Perubahan à Proses dan
Mekanisme Perubahan à Tujuan dan Konsekuensi
c ) Teori-teori
perubahan sosial
1.
Teori
evolusi
Perspektif
ini pada dasarnya berpijak pada perubahan yang memerlukan waktu yang cukup lama
atau proses yang cukup panjang. Dalam proses tersebut terdapat beberapa tahapan
yang harus dilalui untuk mencapai perubahan yang diinginkan. Dari perspektif
ini akhirnya melahirkan bermacam-macam teori tentang evolusi. Teori tersebut
adalah unilinear theories of evolution, universal theories of
evolution, dan multilined
theories ofevolution.
1) Unilinear Theories of Evolution
Teori ini berpendapat bahwa manusia
dan masyarakat, termasuk kebudayaannya akan mengalami perkembangan sesuai
dengan tahapan-tahapan tertentu dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang
kompleks, dan akhirnya sempurna. Pelopor teori ini di antaranya adalah Auguste
Comte dan Herbert Spencer.
2) Universal Theories of Evolution
Teori ini menyatakan bahwa
perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap.
Menurut Herbert Spencer, prinsip teori ini adalah bahwa masyarakat merupakan
hasil perkembangan dari kelompok homogen menjadi kelompok yang heterogen.
3) Multilined Theories of Evolution
Teori ini lebih
menekankan pada penelitian terhadap tahap-tahap perkembangan tertentu dalam
evolusi masyarakat. Misalnya melakukan penelitian tentang perubahan pola hidup
dari masyarakat tradisional yang memiliki pola pikir religio-magic ke masyarakat industri yang memiliki
pola pikir realistis-praktis.
2.
Teori
konflik
Perspektif ini
menjelaskan bahwa pertentangan atau konflik bermula dari pertikaian kelas
antara kelompok yang menguasai modal atau pemerintahan dengan kelompok yang
tertindas secara materiil, sehingga akan mengarah pada perubahan sosial. Sumber
yang paling penting dalam perubahan sosial menurut perspektif ini adalah
konflik kelas sosial di dalam masyarakat. Perspektif ini memiliki prinsip bahwa
konflik sosial dan perubahan sosial merupakan dua hal yang selalu melekat pada
struktur masyarakat. Perspektif ini menilai bahwa sesuatu yang konstan atau
tetap ada dalam suatu masyarakat adalah konflik sosial, bukan perubahan sosial.
Mengapa? Karena perubahan hanyalah akibat dari adanya konflik sosial yang
terjadi di masyarakat. Mengingat konflik berlangsung terus-menerus, maka perubahan
juga akan mengikutinya. Dua tokoh yang pemikirannya menjadi pedoman dalam
perspektif konflik ini adalah Karl Marx dan Ralf Dahrendorf. Secara umum,
perspektif konflik berpandangan bahwa perubahan sosial di masyarakat terjadi
karena faktor-faktor berikut ini.
1)
Setiap masyarakat terus-menerus berubah.
2)
Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang perubahan masyarakat.
3)
Setiap masyarakat biasanya berada dalam ketegangan dan konflik.
4)
Kestabilan sosial akan tergantung pada tekanan terhadap golongan yang satu oleh
golongan yang lainnya.
3.
Struktural
fungsional
Konsep
yang berkembang dari perspektif ini adalah cultural
lag (kesenjangan budaya).
Konsep ini mendukung perspektiffungsionalis untuk menjelaskan bahwa pada dasarnyaperubahan
sosial itu tidak lepas dari hubungan antara unsur-unsurkebudayaan dalam
masyarakat. Menurut perspektif ini,beberapa unsur kebudayaan bisa saja berubah
dengan sangatcepat, sementara unsur yang lainnya berubah sangat lambat,
sehingga tidak dapat mengikuti kecepatan perubahan unsur yang berjalan sangat
cepat tersebut. Unsur yang berubah sangat cepat umumnya yang berhubungan dengan
kebudayaan materiil, sedangkan unsur yang berubah secara perlahan atau lambat
adalah unsur yang berhubungan dengan kebudayaan nonmateriil. Dengan demikian,
yang terjadi adalah ketertinggalan unsur yang berubah secara perlahan tersebut.
Akibatnya muncul kesenjangan sosial dalam masyarakat atau yang dikenal dengan
istilah cultural lag.
Misalnya
pengrusakan terhadap telepon umum. Telepon umum sebagai fasilitas umum sangat
efektif untuk melakukan komunikasi, sehingga sudah selayaknyalah dirawat dan
dijaga. Kenyataannya, banyak telepon umum yang justru dirusak oleh masyarakat.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa dalam masyarakat terjadi cultural lag, di mana alam
pikiran manusia (nonmateriil) tidak mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan
atau kemajuan teknologi (materiil).
Para penganut
perspektif ini lebih menerima perubahan sosial sebagai sesuatu yang konstan dan
tidak memerlukan penjelasan. Perubahan dianggap sebagai suatu hal yang
mengacaukan keseimbangan masyarakat. Proses pengacauan ini berhenti pada saat
perubahan itu telah diintegrasikan dalam kebudayaan. Apabila perubahan itu
ternyata bermanfaat maka dapat dikatakan bahwa perubahan itu bersifat
fungsional dan akhirnya diterima oleh masyarakat, tetapi jika terbukti
disfungsional atau tidak bermanfaat, maka perubahan itu akan ditolak. Tokoh
dari perspektif ini adalah William Ogburn.
Pandangan perspektif fungsionalis
dalam melihat suatu perubahan sosial dalam masyarakat adalah sebagai berikut:
1)
Setiap masyarakat relatif bersifat stabil.
2)
Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang kestabilan masyarakat.
3)
Setiap masyarakat biasanya relatif terintegrasi.
4)
Kestabilan sosial sangat tergantung pada kesepakatan bersama (konsensus) di
kalangan anggota kelompok masyarakat.
4.
Psikologi
sosial
Psikologi Sosial
menganggap disiplin ilmunya sebagai usaha mencari pengertuan pikiran perasaan
dan tingkah laku individu dipengaruhi oleh hadirnya orang-orang lainnya.
Dikembangakan oleh Sigmund Freud muncul karena adanya pertentangan mendasar
antara pemuasan keinginan dan kebutuhan individual dan kesiapan masyarakat
dalam memenuhi semua kebutuhan tersebut. Bahwa kepribadian orang dewasa adalah
hasil atau akibat dari kejadian-kejadian yang dialami semasa anak-anak. Tahapan
menuju kedewasaan : tahap oral, anal, phallic dan genital.
Mengarah pada
pendekatan sosiologi. Tingkah laku sosial konsep peran : harapan dan tuntutan
peran, kemampuan dan keterampilan dalam membawakan peran serta norma dalam
kelompok sebagai acuan individu dalam interaksi sosial. Peran adalah
serangkaian tingkah laku atau fungsi yang dikaitkan dengan posisi khusus dalam
suatu hubungan sosial tertentu.
Berorientasi
‘reinforcement’ yaitu stimulus tang berfungsi menimbulkan konsekuensi positif
atau negatif pada terbenrtuknya respon. Kalau stimulus memberikan akibat
positif atau reward,, maka respon terhadap stimulus yang sama akan diulangi
pada kesempatan lain. Sebaliknya kalau respon member akibat negative atau
hukuman, maka hubungan antara stimulus-respon tersebut akan dihindari di lain
waktu. Konsep dalam teori ini : stimulus, respon, dorongan,
reinforcement/factor penguat.
3.
a
) Pluralitas
dunia kehidupan sosial (Peter L.Berger, Brigtte Berger, Hansfriend keliner)
·
Pluralisasi
suatu tatanan yang tinggi yang terjadi dalam berbagai proses sosialisasi
sekunder pada masyarakat modern yaitu sosialisasi yg berlangsung setelah awal
pembentukan diri.
·
Tujuan
sosialisasi sekunder adalah membawa seseorang dari satu dunia sosial ke dunia
yg lain yaitu untuk menginisiasikannya kedalam tatanan makna yg sebelumnya yg
belum dikenal.
Studi
Komparatifnya :
Sebelum berlanjut pada penjelasan mengenai
kedua makna di atas, perlu pula dipahami adalah bahwa dunia yang ditempati
manusia berkehidupan saat ini, telah ada kehidupan yang terpola dan terstruktur
dalam dunia makna. Sebuah "kehidupan yang terpasang". Dunia makna ini
merupakan catatan perjalanan panjang dari generasi ke generasi selanjutnya.
Suatu unit dunia makna akan bertahan karena telah "disepakati" secara
kolektif oleh individu-individu dalam komunitasnya. Suatu nilai yang mengikat
secara besama dan makna yang akan menjadi referensi menyelesaikan masalah bersama.
Kontinuitas struktur makna dapat berlangsung melalui pelembagaan simbol-simbol
dan pola hubungan dalam kehidupan bersama antara individu.
Seperti dikemukakan sebelumnya, bahwa setiap
kelompok sosial memiliki sistem dan struktur maknanya sendiri. Dalam konteks
global, kohesivitas masyarakat dunia memang kelihatan rapuh, dengan asumsi
bahwa setiap komunitas sosial cenderung protektif pada nilai dan struktur
maknanya sendiri. Dan, "perundingan" memang akan alot manakala
kehidupan dunia mulai mengintegrasikan masyarakat secara global. Masing-masing
variabel sebagai instrumen mempelajari dunia kehidupan masyarakat modern akan
memberikan kesimpulan yang berlainan. Demikian pula, pemberian pemahaman
tentang realitas oleh masyarakat akan berlangsung dalam struktur makna yang
berbeda pula. Oleh karena itu, struktur sosial kehidupan modern kurang terpadu
dibandingkan dengan masyarakat kuno.
Meski demikian, tetap ada tatanan yang
mengintegrasikan makna keseluruhan masyarakat tersebut. Contohnya adalah
perkawinan antara orang yang memiliki latar belakang berbeda, selalu
membutuhkan perundingan rumit tentang dunia makna yang berbeda. Kesamaan
pengertian tentang dunia makna dari kelompok-kelompok sosial yang berbeda
struktur itu dapat menjadi makna bersama untuk mengusung dunia-kehidupan sosial
bersama. Di sinilah muncul ideologi pluralisme yang berfungsi melegitimasi
pluralitas pengalaman sosial unit-unit sosial dan individu.
Pluralitas dalam hal ini dapat diartikan
sebagai suatu segmentasi masyarakat dalam tingkat yang sangat tinggi.
Pengalaman individu itu merujuk pada keyakinan dan prakteknya atas struktur
nilai yang pola hubungannya terekpresi melalui komunikasi modern. Komunikasi
ini terus berproses melalui inisiasi. Proses ini dipercepat oleh teknologi
media komunikasi: pulikasi massal, buku, majalah, lukisan, film, radio, dan
televisi. Media ini mentransformasikan definisi kognitif dan normatif tentang
realitas, lalu kemudian menyebar dengan cepat. Demikian juga, bergerak menembus
generasi demi generasi.
b ) Budaya Konsumen,
Kekuatan Sombolis dan Universalisme (Mike Feather Stone)
·
Budaya konsumen
: budaya masyarakat konsumen sering di beri cirri materialis dan sering
digunakan dalam kehidupan sehari-hari atau mengungkapkan kemiskinanrohani dan
tindakan mementingkan diri sendiri di hedonistis dimana individu memusatkan
kehidupan pada konsumsi barang-barang.
·
Budaya
Konsumen terkait dengan dampak konsumsi massa pada kehidupan
sehari-hari. Dampak tersebut menyangkut perilaku sehari-hari, perubahan
tata simbolis dan struktur makna.
·
Budaya
Konsumen merupakan istilah yang menyangkut tidak hanya perilaku konsumsi,
tetapi adanya suatu proses reorganisasi bentuk dan isi produksi simbolis di
dalamnya. Perilaku di sini bukan sebatas perilaku konsumen dalam artian pasif.
Namun merupakan bentuk konsumsi produktif, yang menjanjikan kehidupan pribadi
yang indah dan memuaskan, menemukan kepribadian melalui perubahan diri dan gaya
hidup. Keberadaan budaya konsumen ditandai dengan munculnya produksi tanda dan
makna terus menerus.
Studi
Komparatifnya :
Hal ini
terjadi diawali dengan adanya peralihan produksi barang secara massal dan
munculnya pasar-pasar yang baru untuk barang konsumen yang diiringi dengan
perubahan pada sarana produksi, seperti misalnya rasionalisasi pedagang eceran,
yang selanjutnya mendorong munculnya tempat-tempat konsumsi baru: toko serba
ada, pasar raya dan pusat-pusat perbelanjaan.
Dalam
tempat konsumsi tersebut, seluruh kegiatan peragaan bertujuan membuat barang
tampak lelbih bagus dengan memanipulasi kesan dan logika pemajangan yang
menghasilkan situasi di mana makna dialihkan melalui suatu proses elisi. Karena
itu membeli barang berarti membeli kesan dan pengalaman, dan kegiatan belanja
bukan lagi suatu transaksi ekonomi “sederhana” melainkan interaksi simbolis,
dimana individu membeli dan mengkonsumsi kesan dan gaya hidup.
Karena
itu, budaya konsumen tidak dianggap sebagai budaya materialis rasional, tetapi
lebih dari itu, munculnya suatu “nilai pakai kedua” atau ersart (disebut
oleh Adorno).
Budaya
konsumen menekankan adaya suatu tempat di mana kesan memainkan
peranan utama. Saat ini dapat kita lihat bahwa betapa
banyak makna baru yang terkait dengan komoditi “material” melalui
peragaan, pesan iklan, industri gambar hidup serta berbagai jenis media massa.
Dalam
pembentukannya, kesan terus menerus diproses ulang dan makna barang serta
pengalaman terus didefinisikan kembali. Tidak jarang tradisi juga “diaduk-aduk
dan dikuras” untuk mencari simbol-simbol kecantikan, roman, kemewahan dan
eksotika (Benyaminmenyebut budaya konsumen adalah suatu “dunia mimpi”)
Universalisme
Kalau kita
berbicara tentang pengaruh global dan dampak budaya konsumen atas negara-negara
pinggiran, hal ini tentunya terkait dengan peran media massa, dengan pemahaman
bahwa sebagian besar negara-negara di luar negara yang mengkonsumsi “komoditi”
tidak bisa terlepas dari konsumsi kesan dalam media.
Mattelart mengatakan,
perusahaan-perusahaan multinasional, yang makin menguasai produksi perangkat
keras media (terutama teknologi informasi) memproduksi berita, hiburan, iklan
yang meletakkan landasan untuk mewujudkan kekuasaan budaya pusat atas
negara-negara pinggiran. Karena itu, budaya konsumen yang dalam istilah Mattelart budaya
massa mulai menjadi budaya universal.
Meningkatnya
dominasi negara-negara pusat dalam hal produksi serta distribusi budaya melalui
media, sering ditunjukkan oleh negara-negara konsumen dalam bentuk kesulitan
untuk menciptakan proteksi budaya dalam rangka memelihara budaya lokal. Oleh
negara-negara konsumen, dominasi budaya yang progresif ini sering dianggap
sebagai bentuk emperialisme budaya atau imperialisme media.
4.
Pola-pola kemasyarakatan Industrialisasi dan
Modernisasi\
A.
Industrialisasi dan Pertumbuhan Ekonomi
Rostow menetapkan 5
tingkat pertumbuhan ekonomi :
1.
Tingkat tradisional
2.
Syarat untuk
tinggal landas
3.
Tinggal landas
4.
Dorongan menuju
kematangan
5.
Tingkat konsumsi
masal
Industrialisasi
adalah sistem produksi yang muncul dari pengembangan yang mantap, penelitian
dan penggunaan pengetahuan ilmiah. Ia dilandasi oleh pembagian tenaga kerja dan
spesialisasi, menggunakan alat-a;at bantu mekanik, kimiawi, mesin dan
organisasi serta intelektual dalam produksi. Tujuan utama dari metoda
pengorganisasian kehidupan ekonomi sperti ini adalah untuk menurunkan ongkos
produksi per unit barang atau jasa. Industrialisasi dalam arti sempitnya,
menggambarkan penggunaan secara luas sumber-sumber tenaga non-hayati dalam
rangka produksi barang atau jasa. meskipun definisi ini terasa sangat
membatasi, industrialisasi tidak hanya terdapat pada pabrik/manufaktur, tapi
bisa juga meliputi pertanian karena pertanian tidak lepas dari mekanisasi
(pemakaian sumber tenaga non-hayati). demikian juga dengan transportasi dan
komunikasi.
Industrialisasi adalah suatu proses menciptakan interaksi
para pihak yang memiliki kepentingan ekonomis yang sama terhadap suatu siklus
rantai nilai. Proses ini
dapat terjadi secara alamiah maupun disengaja. Secara alamiah, pemicu proses
industrialisasi adalah pasar.
Karena proses ini dianggap sebagai sebuah kunci ke arah kemakmuran yang
didambakan oleh setiap bangsa. Kendatipun bukan satu-satunya, industrialisasi
dapat dianggap sebagai salah satu jalan yang penting dalam mencapai kemakmuran.
Tujuan industrialisasi antara lain: memperluas lapangan
kerja, menambah devisa negara, memanfaatkan potensi sumber daya alam maupun
sumberdaya manusia dan terutama menggerakkan roda perekonomian suatu bangsa
menjadi lebih cepat.
B.
Modernisasi dan Pertumbuhan Ekonomi
Ciri-ciri Modernisasi :
1.
Tingkat
pertumbuhan ekonomi yg terus berlanjut sendiri
2.
Kadar
partisipasi rakyat dalam pemerintahan yg memadai
3.
Difusi norma2
sekuler-rasional dalam kebudayaan
4.
Peningkatan
mobilitas sosial masyarakat
5.
Transformasi
kepribadian individu
Modernisasi
diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak dari keadaan
yang tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu masyarakat
yang modern. suatu bentuk dari perubahansosial yang terarah yang didasarkan
pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan social planning.
Pertumbuhan
ekonomi dapat diartikan sebagai proses perubahan kondisi perekonomian suatu
negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode
tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan
kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan
pendapatan nasional. Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila
jumlah balas jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun
tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya.
Modernisasi
merupakan suatu trend yang mengarah pada cara pandang serta cara hidup dari
yang bersifat tradisional ke yang bersifat modern, yang juga merupakan ukuran
rasio dari sumber daya kekuasaan. Semakin tinggi rasionya, maka modernisasi
akan semakin mungkin untuk terjadi.
Khusus
Pembangunan dalam hubungannya dengan Modernisasi dilihat dari dimensi
pertumbuhan ekonomi. Investasi menjadi persoalan penting dalam tiap proses
pembangunan disebuah negara. Dapat juga dikatakan bahwa mereka menekankan bahwa
investasi adalah standar keberhasilan dalam proses pembangunan.
Formulasi
asumsi tesebut secara kausalitas dapat dijelaskan ketika ada peningkatan
investasi dalam sebuah negara, maka akan muncul sekian banyak variasi jenis
usaha baru yang akan membuka penerimaan tenaga kerja baru. Jika semakin banyak
angkatan kerja yang telah bekerja dan memiliki penghasilan, maka angka
pengangguran akan terkurangi dan diganti dengan angkatan kerja produktif. Jika
produktifitas msyarakat meningkat, maka kemampuan memenuhi kebutuhan hidup juga
meningkat. Jika kebutuhan telah terpenuhi, maka itulah yang di sebut dengan
kemakmuran yang menjadi tujuan modernisasi.
C.
Syarat Modernisasi
·
Rostow :
modernisasi mencakup industrialisasi maka pertumbuhan ekonomi yg berkelanjutan
memerlukan 3 syarat :
1.
Pembangunan
modal sosial tambahan
2.
Revolusi
teknologi di bidang pertanian
3.
Perluasan impor
·
Marxis :
Modernisasi memerlukan :
1.
Adanya pemilikan
tanah pribadi
2.
Munculnya
komersialisasi tanah
3.
Adanya orientasi
individu dari borjuis kota
Soerjono Soekanto mengemukakan
bahwa sebuah modernisasi memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu sebagai
berikut.
·
Sistem
administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi.
·
Adanya
sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu lembaga
atau badan tertentu.
·
Penciptaan
iklim yang menyenangkan dan masyarakat terhadap modernisasi dengan cara
penggunaan alat-alat komunikasi massa.
·
Tingkat
organisasi yang tinggi yang di satu pihak berarti disiplin, sedangkan di lain
pihak berarti pengurangan kemerdekaan.
D.
Akibat Modernisasi
Adapun akibat yang disebabkan oleh modernisasi ada yang
berakibat positif dan negative, berikut ini sedikit uraianya :
Positif
a. Memperkuat Integrasi dalam Masyarakat
b. Peningkatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (iptek)
c. Kemajuan di Bidang Industri
d. Meningkatkan Kesadaran Politik dan Demokrasi
e. Kemajuan di Bidang Transportasi
Negatif
a. Kesenjangan Sosial dan Ekonomi
b.
Pencemaran Lingkungan Alam
c. Kriminalitas
d. Kenakalan Remaja (Juvenille
Delinquency)
5.
Studi Kasus Teori Globalisasi dan Lingkar Sejarah
Kecenderungan
historis yang sangat menonjol di era modern adalah perubahan menuju
globalisasi. Globalisasi diartikan sebagai proses yang menghasilkan dunia
tunggal (Robertson, 1992: 396). Masyarakat diseluruh dunia menjadi saling tergantung
di semua aspek kehidupan, seperti politik, ekonomi, dan kultural.
Kedalaman
perubahan yang terjadi hanya dapat dipahami lebih baik jika kita membandingkan
dua kasus berbeda: sejarah masa lalu dan sejarah masa kini.
·
Masyarakat
masa lalu mencerminkan unit-unit sosial yang terisolasi, pluralistis,
diversifikasin negara-bangsa.
·
Masyarakat
masa kini menunjukkan gambaran yang berbeda, seperti: dalam bidang politik,
bidang ekonomi, dan bidang cultur.
Semua
perubahan multidimensional ini, mendorong sejarawan kontemporer melancarkan
proyek studi “sejarah global” (Schafer, 1991). Mereka menyatakan bahwa selama
dekade terakhir –sejak pertengahan abad ke-20−kecenderungan globalisasi telah
mengubah kualitas fundamental proses historis. Apapun yang terjadi di mana-mana
mempunyai faktor dan akibat global.
a. Globalisasi Terhadap Perubahan
Masyarakat Indonesia
·
Sektor Budaya
Dahulu sebelum Globalisasi itu ada, masyarakat Indonesia terutama anak
muda banyak menggemari budaya sendiri semisal Gamelan, Tari Kecak, Jaipong,
Tata Krama dan berbagai budaya dan kesenian lokal, kini di era Globalisasi ini
kita merasakan, melihat, dan mungkin memahami perbedaan yang sangat berbanding
terbalik. Boyband, Rap, Punk, Pergaulan Bebas dan berbagai macam budaya luar
cukup tinggi berkembang dan ada di Indonesia, hanya segelintir saja yang masih
menggemari budaya lokal.
·
Sektor Perekonomian Indonesia
Dalam era Bung Karno, TKI dilarang bekerja untuk suatu negara, sehingga
membuat masyarakat Indonesia bekerja tetap di Indonesia, pada umumnya mereka
yang tinggal di desa bekerja sebagai petani dan peternak, mereka yang di kota
bekerja sebagai orang kantoran. Kini di era Globalisasi sebagian masyarakat
Indonesia lebih memilih bekerja pada perusahaan di luar negeri, ada yang
mengadu nasib, ada yang ingin mengembangkan karir dan banyak hal lain, alhasil
pemanfaatan sumber daya alam di negeri sendiri sangat kurang.
·
Sektor Lingkungan
Sektor Lingkungan juga dipengaruhi Globalisasi, salah satunya isu
Pemanasan Global (Global Warming)
hal ini juga membuat perubahan terhadap masyarakat, masyarakat yang berada di
negara berkembang seperti Indonesia umumnya menekan dan mengecam negara-negara
maju yang membuang emisi karbon dengan jumlah banyak untuk setidaknya
mengurangi dengan alasan kita tinggal di satu bumi.
·
Sektor Pertahanan dan Kemanan
Semenjak era Globalisasi mulai, kini peran masyarakat Indonesia yang
sebelumnya memiliki porsi peran yang besar, kini perlahan semua itu tergantikan
oleh Polisi dan Tentara akibat transparansi pola negara yang banyak diketahui
negara lain dan memungkinkan untuk mengambil celah yang dapat merugikan
Indonesia.
·
Globalisasi jaringan informasi.
Masyarakat suatu
negara dengan mudah dan cepat mendapatkan informasi dari negara-negara di dunia
karena kemajuan teknologi, antara lain melalui: TV,radio,media cetak dll.
Dengan jaringan komunikasi yang semakin maju telah membantu meluasnya pasar ke
berbagai belahan dunia untuk barang yang sama. Sebagai contoh : KFC,
celana jeans levi's, atau hamburger melanda pasar dimana-mana. Akibatnya selera
masyarakat dunia -baik yang berdomisili di kota ataupun di desa-
menuju pada selera global.
b.
Lingkar
sejarah
Pandangan teori ini mengenai proses
sejarah berbeda dengan globalisasi. Teori lingkar sejarah itu proses perubahan
sosialnya melingkar. Tidak seperti globalisasi yang tegak lurus, kalau lingkar
sejarah itu siklusnya melingkar.
Contonya perkembangan fasion yang
berputar, kita dapat kembali lagi ke gaya fasion jadul di masa modern.
walau pun saya belum membaca .. saya beri tanda cheklist pada kolom "menarik" ... haha
BalasHapushahhaha tidak apa2 yang penting bermanfaat ya coy :)
BalasHapus