Kamis, 26 Juli 2012

Kebahagiaan Yang Singkat


          Ingin ku tulis kata demi kata untuk menggambarkan perasaanku saat ini bersamamu. Walau aku memiliki banyak keterbatasan yang membuat gerak langkahku tertahan entah karna sakit yang kurasa ataukah karna putus asa. Aku ingin berjalan dengan bebas, seperti orang normal lainnya yang bisa berlari dengan cepat dan bermain dengan ceria setiap saat. Kenyataanlah yang menjadikanku terpuruk tak berdaya.
          Diawali dengan kejadian yang menurutku tak kusangka dan tak terduga sebelumnya. Aku bersama sahabat baikku pergi bersama untuk membereskan urusan yang mesti diselesaikan, saat itu keadaan tubuhku kurang fit. Pusing di kepala menyerangku saat itu sehingga aku serahkan tanggung jawab kepada temanku untuk mengendarai motor saat itu. Saat ditengah perjalanan terjadi sedikit insiden yang membuatku terkejut dan tak sadarkan diri. Dengan selang waktu beberapa detik tubuhku melayang terpental truk yang melintas di depan motor yang kami kendarai.
          Entah apa yang terjadi, aku tak sadar saat itu. Yang jelas aku mendengar banyak orang yang ribut dan sibuk membenahi tubuhku dan temanku juga motor yang kami bawa. Tubuhku tiba-tiba kebal dari rasa sakit dan akupun tak tau yang selanjutnya terjadi saat itu. Yang aku tau setelah beberapa hari aku dirawat di Rumah Sakit dan selang infuse yang sudah menancap ditanganku membuat gerakku sedikit linu dibuatnya.
          Tiba-tiba ibuku datang merangkulku yang sedang terbaring tak berdaya, dia menangis menggenggam tanganku erat, mengusap kepalaku lembut. Menciumiku saat aku tersadar dari koma selama beberapa hari yang lalu. Tiga hari aku terbaring tak sadarkan diri. Aku bertanya, mengapa ibu menangis? Ibuku tak menjawab ia hanya tersenyum disela tangisnya yang mengalir saat itu. Aku masih bingung aku tak tau apa yang terjadi saat itu, aku hanya berusaha untuk bergerak memeluk ibuku. Tapi dia mencegahku untuk duduk dan tetap membiarkan aku untuk tetap berbaring. Ada apa dengan ibu?? Hatiku bertanya-tanya…
          Ingin aku mendengar sepatah kata saja dari keluargaku yang satu persatu dating menjengukku. “Ada apa ini??” tapi semua terdiam dan membisu. Aku masih penasaran atas apa yang terjadi, dan saat aku berusaha sekuat tenaga untuk bergerak ternyata kaki sebelah kanan ku terbungkus gips dan perban dimana-mana. Sakit yang teramat yang kurasakans saat itu, ketika aku mencoba untuk menggerakkan kakiku begitu juga rasa sakit yang menyertainya.
          Tuhan.. aku tak bisa menggerakkan kakiku, terasa sakit sekali, aku pun mengerti atas sikap semua keluargaku. Ibuku diam itu hanya untuk menenangkanku, aku tak kuasa menahan tangis. Aku yang sekarang tak bisa bergerak dan kesakitan kini ditangisi banyak orang. Ibu, ayah, kakak, dan saudara-saudaraku semua menyaksikan keterpurukanku saat  itu. Aku lemah, tubuhku gemetar dan sakit yang berpusat di kaki begitu terasa.

***

          Banyak temanku yang simpati untuk menjengukku, melihat keadaanku dan sekedar memberiku semangat. Aku menerima kedatangan kalian sahabat-sahabatku. Aku butuh support, butuh spirit agar aku kuat dalam menerima kadaan ini. Aku hanya bisa menulis disini, ditempat yang orang lain belum tau. Aku merasa tubuhku semakin sakit, menyiksa sekali. Saat dokter datang untuk mengganti perbanku aku sulit menggambarkan bagaimana rasa sakit yang ku rasa saat itu. Aku hanya bisa teriak histeris dan berontak, ingin rasanya aku berlari dan pergi dari ikatan-ikatan dokter dan perawat yang menanganiku.
          Ibuku yang melihatku penuh dengan ketidak tegaan, teman-temanku yang sedang menjengukku melihat aku dengan sedih. Mereka menangisiku yang sedang kesakitan.
          Tak kuduga temanku yang dulu membuatku seperti ini kini membantuku, menyuapi aku makan, merawat dan manjagaku di rumah sakit. Terimakasih telah membuatku tenang dengan keberadaanmu. Tapi itu tak berlangsung lama. Karena aku belum bisa melupakan apa yang kau lakukan padaku sehingga aku tergeletak seperti ini. Aku marah padamu, marah sekali. Tak ingin aku dekat dengan pembawa onar sepertimu, ingin rasanya aku membalas apa yang kurasakan. Tapi aku tak sanggup untuk melakukan semua itu. Hanya kata-kata dan kebencian yang menyelimuti perasaanku padamu. Sungguh aku tak ingin bertemu denganmu.
          Ini semua berawal  dari keberadaan materi orangtuaku yang semakin menipis untuk merawatku dan mengobatiku ke rumah sakit dan membayar obat-obatan. Entah berapa banyak materi yang dikeluarkan oleh orang tuaku untuk mengobatiku. Aku sedih melihat mereka yang kesusahan mencari uang, bingung ku alami. Aku tak sanggup jika melihat orang tuaku terutama ibuku yang selalu menangis melihat keadaanku. Ayahku yang stress karna bingung harus mendapatkan uang dari mana untuk aku berobat untuk bulan-bulan berikutnya. Yang jelas semua gamang, galau karna kesusahan yang dialami keluarga ini. Disitulah aku menuntut keadilan dari semua perbuatan yang pernah dilakukan temanku yang membutku seperti ini.
Sikapku berubah padanya, tak lagi ramah, tak lagi bersimpati. Rasa benci yang membuatku muak melihat wajahnya, hingga orang tuaku mencegah dia agar tidak menjengukku.
Apakah sikapku berlebihan padanya? Ketika dia asyik beraktifitas dan menjalankan kuliah dengan santai? Apa dia tak memikirkanku yang juga ingin merasakan apa yang orang lain rasakan.
Bisa berjalan, berlari, bermain di usia mudaku yang ke 21 tahun ini. Kini semua ku habiskan di tempat tidur saja. Siallll… L

***
Kini siapa yang mau dengan aku yang cacat sementara seperti ini? Tak bisa berkutik apa-apa, tak bisa membahagiakan orang lain, bahkan aku tak bisa mengangkat kakiku sedikit saja. Ini semua rasa sakit yang membuatku menjadi lemah seperti ini. Begitu banyak yang membuatku semangat, sahabat-sahabat yang setia menungguku sehat nanti, orang-orang yang menyayangiku yang menungguku untuk aku bahagiakan. Sekarang aku hanya butuh semangat dan dukungan dari semua orang, aku tak kuasa jika aku mendapat tekanan  yang membuatku semakin jauh dari kesembuhan.
Diantra orang-orang yang menyemangatiku ada seseorang yang sabar menyemangatiku, membuat hatiku tegar dan mencoba untuk aku bisa menerima keadaan yang ada. Aku diyakinkan bahwa aku akan sembuh, aku akan bisa membahagiakannya suat saat nanti. Dialah wanita yang aku sayangi saat ini. Kecantikan hatinya yang membuatku senang saat bersama dengannya. Walau hanya sekejap aku merasakan kebahagiaan bersamanya.
Bolehkan aku merasakan bagaimana bahagianya diperhatikan seseorang saat sedang sakit?? Jangan mencegahku untuk mencintai orang lain, karna aku hanya mencintai dia yang dapat menerima aku apa adanya.
Tak lama aku merasakan kebahagiaan ketika aku bersamanya, dia pergi meninggalkanku. Bukan hanya beberapa hari dan beberapa lama, melainkan untuk selama-lamanya. Dia mampu membuatku semangat karna dia pun mengalami hal yang sama denganku, yang sakit dan tak bisa berjalan tapi dengan kesempatan untuk sembuh sangat besar, sedangkan dia memiliki waktu yang singkat. Penyakit yang menggerogoti tubuh manisnya merenggut semua kenangan dan kebahagiaanku bersamanya. Ingin aku memeluknya, tapi dari awal aku mengenalnya dan aku menyayanginya, kami tak pernah bertemu. Komunikasi terjadi hanya lewat Hand Phone dan Facebook. Aku tak mengira dia memiliki penykit yang berat. Kanker yang dia derita membuat aku tersentak saat aku mendengarnya.
Jika dipikir memang tak adil untukku, sebentar saja aku mendapatkan kebahagiaan begitu cepat pula kebahagiaan itu pergi jauh meninggalkanku. Walau dia hanya member ku semangat lewat telepon, sms, dan komentar di facebook. Tapi semangatnya yang tak dapat aku lupakan. Dia membuatku tak patah arang untuk selalu mencoba untuk sembuh. Berjalan lagi sepertisedia kala, atau hanya sekedar aku kuat dalam menjalani berbagai pengobatan.
Aku kuat karna dukungannya, tak henti dia merangkulku untuk dapat menerima kenyataan dan membuatku bangkit. Aku bisa memperbaiki hubunganku dengan teman yang membuatku seperti ini, juga meredakan emosiku saat aku putus asa dan saat aku kesakitan.
Terimakasih ku ucapkan untukmu kekasih nyata atau tidak.. Entahlah,, tapi yang kurasa mungkin dia hanya seseorang yang dikirimkan Tuhan agar aku kuat melewati ujian ini. Agar aku masih bisa tersenyum saat aku merasakan sakit yang pedih.
Kamu bagai pelita yang menerangiku saat aku merasakan kegelapan, aku merasa aman dan nyaman denganmu, membuatku semangat dan jauh dari putus asa kini kurasakan. Apakah ini kiriman malaikat dari Tuhan agar aku tetap bersyukur walaupun keadaan ku kurang sepeti saat ini.
Indah kurasa walau hanya sementara kurasakan kasih sayangmu, kekasih dalam impianku. Membuatku semakin yakin bahwa aku akan sembuh dengan cepat.
Untuk seseorang yang mungkin merasakan seperti apa yang kurasakan, tolong jaga sikapmu pada teman-temanmu, memang membenci itu tak baik untuk dilakukan. Mungkin semua itu terjadi karena keputus asaan yang terasa saat itu, yakinilah bahwa cinta dan kasih saying dari seseorang akan membuatmu kuat, dan sadar dalam menjalani segala sesuatu saat ujian berat datang menghadang.
Kini aku berdoa untuknya, agar dia berada ditempat yang istimewa bersama Tuhan, dan aku yang akan segera sembuh untuk tetap diberi kekuatan. ^_^

..SEKIAN..